Masalah mendasar dengan penggunaan nilai wajar atau nilai sekarang adalah adalah sulitnya menentukan konsep nilai sekarang yang tepat untuk menilai suatu aset. Menurut W. Erwin Diewert dari Departement of Economics, University of British Columbia, terdapat beberapa pendekatan dan teori yang bisa digunakan untuk dasar penentuan nilai wajar aset.

1. Biaya Historis yang disesuaikan dengan Tingkat Daya Beli (Purcahsing Power Adjusted Historical Costing)

Metode ini menggambarkan pembentukan nilai sekarang dari aset yang dimiliki oleh perusahaan dengan menyesuaikan harga perolehan menggunakan tingkat harga umum (general price level). Tingkat harga umum biasa disebut juga dengan tingkat inflasi umum.

Metode pembentukan nilai sekarang (nilai pasar wajar) pada akhir periode akuntansi bekerja sebagai berikut misalkan sebuah aset dibeli pada awal periode akuntansi  pada harga P0 dan tingkat depresiasi D dan tingkat harga umum selama periode 0 adalah i, jadi tingkat harga umum pada  akhir periode dibagi dengan tingkat harga umum pada awal periode adalah (1+ i). Kemudian nilai suatu aset dengan menggunakan akuntansi dengan biaya historis dalam suatu periode adalah (1- D)P. sedangkan nilai yang disesuaikan dengan tingkat harga secara umum (general price level) adalah:

VGPLA (P1)= (1- D) x (1+ i) x P0

Keuntungan dari penggunaan metode ini dalam rangka menentukan nilai aset saat ini dengan basis periode ke periode adalah sifatnya yang relatif sederhana (simple), yaitu nilai historis awal akan disesuaikan dengan tingkat inflasi umum, yaitu (1 + i).

Kelemahan utama dari penggunaan metode ini adalah dalam penentuan indeks harga umum. Dalam hal ini nilai pasar wajar dari aset tidak akan sama dengan nilai yang disesuaikan melalui indeks harga umum kecuali jika indeks inflasi atas aset tersebut sama dengan indeks inflasi harga secara umum.

Salah satu alternatif paling sederhana dalam penentuan indeks pada metode ini adalah dengan menggunakan tingkat inflasi untuk komoditas yang diperjualbelikan secara luas (misalnya emas) sebagai indeks inflasi umum. Alternatif lain adalah dengan menggunakan tingkat kenaikan dari nilai tukar mata uang suatu negara dibandingkan dengan mata uang yang stabil. Hanya saja inflasi umum antara akhir periode dengan awal periode akuntansi dapat dilihat dengan lebih baik apabila digunakan perubahan harga atas gabungan barang-barang (indeks gabungan). Walapun mungkin penentuan indeks dalam dalam metode ini terkesan banyak kekurangan tetapi penyesuaian biaya historis dengan indeks harga umum akan lebih mencerminkan nilai saat ini daripada nilai historis murni.

2. Nilai Realisasi Bersih atau Nilai Keluaran.

Menurut Edwards and Bell (1961) exit value adalah harga maksimum dari aset yang saat ini ditahan apabila dijual dan dikurangi dengan biaya transaksi. Dengan sebutan lain exit value disebut juga dengan nilai realisasi bersih (net relizable value) dari aset). Terdapat beberapa kritik yang dilakukan menyangkut penggunaan nilai realisasi bersih. Terutama adalah nilai ini mempunyai kelemahan dalam segi objektivitas. Maksudnya penentuan harga jual atas aset yang sebenarnya tidak ditujukan untuk dijual akan menimbulkan kesulitan karena dua penilai yang berbeda sangat mungkin membuat hasil yang berbeda dalam penerapan net realizable value. Selain itu entitas yang tidak memiliki pengetahuan pasar yang mencukupi tentang penjualan aset (karena memang bukan bidangnya) tentu akan kesulitan menentukan nilai yang lebih tepat.

3. Biaya penggantian kembali atau nilai masukan (Replacement Costs or Entry Values)

Yang dimaksud dengan replacement cost atau entry value adalah “Biaya penggantian kembali adalah jumlah uang yang harus dibebankan pada saat ini untuk memproduksi kembali properti fisik yang sama dengan yang ada saat ini” Hammond V. Hayes (1913;618)

Metode ini seperti halnya yang dianjurkan di dalam PSAK 16 Revisi 2007. Hanya saja dalam PSAK tersebut yang dipakai adalah discounted replacement cost. Yaitu penggunaan replacement cost dengan mepertimbangkan pengaruh depresiasi.

Replacement cost biasanya akan bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan net realizable value karena dalam net relizable value nilai tersebut harus dikurangi dengan biaya transaksi.

4. Aliran Kas Masa Depan yang Didiskonto (Discounted Future Cash Flows)

Sebuah aset dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk memberikan manfaat ekonomis bagi perusahaan. Aset tetap yang dimiliki perusahaan untuk lebih dari satu periode berarti diharapkan untuk bisa memberikan aliran manfaat ekonomis juga untuk lebih dari satu periode. Penentuan nilai untuk aset tersebut bisa dilakukan dengan menjumlahkan seluruh nilai kemampuan ekonomis yang mungkin dihasilkan oleh aset tersebut.

Cara perhitungan yang dilakukan adalah dengan membuat estimasi tentang penghasilan yang akan diterima dari beroperasinya aset tersebut. Kemudian menjumlahkan nilai yang diperoleh dengan mempertimbangkan tingkat diskonto. Didapatkan nilai sekarang dari aset yang bersangkutan.

Kelemahan dalam penggunaan metode ini adalah dalam penentuan estimasi arus kas masa depan yang akan diterima oleh perusahaan. selain itu pendapatan yang diterima perusahaan merupakan hasil kerja bersama sekelompok aset yang dimiliki oleh perusahaan, dan akan sulit untuk menentukan proporsi nilai yang diperoleh ke dalam masing-masing aset secara tepat.

5. Nilai Historis yang disesuaikan dengan Tingkat harga Tertentu (SPLA Historical Costs)

Metode ini menggambarkan pembentukan nilai sekarang dari aset yang dimiliki oleh perusahaan dengan menyesuaikan harga perolehan menggunakan tingkat harga khusus (special price level). Tingkat harga khusus merupakan tingkat inflasi individu untuk jenis barang tertentu (dalam hal ini berarti aset tetap tertentu).

Metode pembentukan nilai sekarang (nilai pasar wajar) pada akhir periode akuntansi bekerja sebagai berikut misalkan sebuah aset dibeli pada awal periode akuntansi  pada harga P0 dan tingkat depresiasi D dan tingkat harga khusus selama periode 0 adalah i, jadi tingkat harga khusus pada  akhir periode dibagi dengan tingkat harga khusus pada awal periode adalah (1+ i). Kemudian nilai suatu aset dengan menggunakan akuntansi dengan biaya historis dalam suatu periode adalah (1- D)P. sedangkan nilai yang disesuaikan dengan tingkat harga secara umum (general price level) adalah:

VSPLA (P1)= (1- D) x (1+ i) x P0

Keuntungan dari penggunaan metode ini dalam rangka menentukan nilai aset saat ini adalah selain sifatnya yang sederhana juga lebih dapat menunjukkan nilai sekarang dari sebuah aset tetap tertentu

Dari kelima contoh penentuan nilai wajar tersebut, tidak dapat dikatakan model mana yang paling baik dalam menentukan nilai wajar. Masing-masing model tersebut memiliki karakteristik tersendiri. Yaitu tergantung kepada kondisi dan data-data yang diperoleh oleh penilai serta jenis dari aset tetap yang akan dinilai kembali. Sebagai contoh untuk aset tetap yang digunakan untuk produksi perusahaan, model arus kas mungkin lebih cocok karena arus kas yang dapat dihasilkan oleh aset tetap tersebut lebih dapat ditentukan. Sedangkan untuk aset tetap lain yang tidak ditujukan langsung untuk proses produksi seperti tanah, nilai aset tetap tersebut mungkin tidak cocok jika ditentukan dengan metode arus kas. Model yang lebih cocok untuk penentuan kembali nilai pasar wajar dari aset tetap berupa tanah misalnya adalah model nilai realisasi bersih (exit value), yaitu nilai yang didapat jika tanah tersebut dijual.

(dari berbagai sumber)