Penggunaan biaya historis sebagai dasar pengukuran dalam perlakuan akuntansi disebutkan memiliki kelebihan dari segi objektivitas Kelebihan dalam segi verifiabilitas tersebut didasarkan pada argumen bahwa pengukuran dengan menggunakan biaya historis lebih mempunyai bukti-bukti yang kuat dalam penentuan nilainya. Bukti-bukti tersebut terutama adalah bukti-bukti yang didapat pada waktu perolehan aset yang dimaksud. Dengan menggunakan biaya historis, aset tetap diakui pada saat perolehannya dengan mencatat sebesar keseluruhan biaya perolehan.

Aset yang dimiliki oleh perusahaan baru dapat digolongkan sebagai aset tetap adalah jika aset tersebut telah memenuhi kriteria untuk diakui sebagai aset tetap seperti halnya yang tercantum dalam PSAK

Kriteria sebuah aset dapat diakui sebagai aset tetap menurut PSAK adalah aset berwujud yang:

(a)      dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan

(b)     diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Nilai yang dicantumkan sebagai harga perolehan dalam pengukuran aset tetap adalah keseluruhan biaya yang dibutuhkan untuk membuat aset tersebut agar siap digunakan sebagaimana mestinya. Nilai tersebut termasuk harga perolehan dan biaya-

biaya lainnya seperti pemasangan dan pengujian. Untuk aset yang diperoleh melalui pembiayaan utang maka bunga yang dapat diidentifikasikan sebagai bagian dari aset tersebut harus dimasukkan sebagai bagian dari nilai perolehan aset yang bersangkutan.

Aset tetap juga mungkin dapat diperoleh dengan cara lain selain mengeluarkan kas. Cara tersebut adalah pembelian aset tetap dengan instrumen pembiayaan. Instrumen pembiayaan yang dapat digunakan untuk memperoleh aset tetap dapat berupa instrumen utang maupun ekuitas. Sebagai contoh adalah aset tersebut dapat diperoleh dengan mengeluarkan obligasi ataupun mengeluarkan saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Dalam hal ini nilai perolehan aset diukur dengan nilai yang lebih bisa diandalkan antara nilai pasar aset tersebut ataukah nilai wajar instrumen keuangan yang digunakan. Sebagai contoh untuk transaksi perolehan aset dengan perusahaan mengeluarkan sejumlah saham dan pada saat itu diketahui nilai pasar wajar baik untuk saham maupun asetnya. Dalam hal ini nilai pasar wajar saham lebih andal digunakan dibandingkan nilai pasar aset. Aset tersebut kemudian dinilai dengan menggunakan nilai pasar wajar sahamnya.

Cara lain untuk mendapatkan aset adalah dengan melakukan pertukaran aset. Dalam hal terjadi pertukaran aset maka nilai perolehan yang dipakai untuk mencatat aset tersebut pada umumnya adalah nilai pasar wajar aset yang dipertukarkan. Apabila dalam keadaan tertentu nilai pasar wajar atas aset yang dipertukarkan tidak bisa diketahui maka yang digunakan adalah nilai buku dari aset yang dimaksud.

Aset tetap yang diperoleh perusahaan akan digunakan untuk mendukung operasinya selama lebih dari satu periode akuntansi. Untuk kepentingan itu perusahaan akan menentukan masa manfaat dan juga nilai sisa dari aset yang bersangkutan.

Masa manfaat aset adalah berapa lama aset tersebut dapat digunakan oleh perusahaan atau menunjukkan seberapa besar kemampuan yang dimiliki aset tersebut untuk menghasilkan aliran manfaat bagi perusahaan. Penentuan masa manfaat atas sebuah aset merupakan kebijakan perusahaan itu sendiri. Hanya saja penentuan masa manfaat tersebut harus dilakukan sewajar mungkin. Penentuan masa manfaat tersebut dilakukan dengan melihat kondisi aset, aktivitas operasi yang dilakukan, dan pengalaman menggunakan aset lain yang sejenis. Penentuan masa manfaat juga dapat dilakukan dengan menggunakan jasa penilai profesional independen.

Nilai sisa adalah perkiraan nilai dari aset tersebut ketika aset tersebut dianggap tidak lagi mampu memberikan aliran manfaat ekonomisnya lagi kepada perusahaan. Seperti halnya penentuan masa manfaat, penentuan nilai sisa juga merupakan kebijakan perusahaan, yang antara lain juga dapat dilakukan dengan mengunakan jasa penilai profesional dan juga pengalaman menggunakan aset sejenis sebelumnya.

Transaksi lain yang berhubungan dengan pengukuran nilai aset tetap adalah transaksi yang berhubungan dengan perbaikan aset tetap. Tidak semua biaya yang berhubungan dengan perbaikan aset tetap dimasukkan sebagai penambah nilai aset tetap. Biaya perbaikan aset tetap yang dimasukkan sebagai penambah nilai perolehan adalah biaya atas perbaikan yang menambah masa manfaat atas aset tersebut. Jenis perbaikan lain yang tidak menambah masa manfaat dari aset akan diakui sebagai beban operasi periode berjalan.

Pengeluaran yang dilakukan pada saat perusahaan memperoleh aset tetap tidak langsung diakui sebagai beban pada periode berjalan. Pengeluaran atas aset tetap diharapkan memberikan manfaat bagi perusahaan selama lebih dari satu periode. Sehingga sangat tidak wajar jika biaya ata aset tersebut langsung diakui sebagai beban periode berjalan. Untuk memenuhi prinsip kewajaran dan juga penandingan seharusnya pengeluaran atas aset tetap juga diakui pada saat manfaat atas aset tersebut diperoleh pada periode-periode berikutnya.

Aset yang diakui perusahaan sebesar keseluruhan harga perolehannya, baik pada awal perolehan maupun sesudah saat perolehan, akan diakui sebagai beban selama masa manfaatnya. Pengakuan sebagai beban tersebut dilakukan dengan melakukan depresiasi. Jadi perusahaan melakukan perhitungan depresiasi atas aset yang bersangkutan selama masa manfaatnya. Depresiasi itulah yang akan menjadi beban tiap periode dimana perusahaan menggunakan aset tetap. Pada umumnya depresiasi termasuk dalam kategori beban operasi dalam pelaporan keuangan perusahaan. Perkecualiannya adalah depresiasi yang berhubungan dengan aset tetap yang berhubungan langsung dengan aktivitas produksi. Untuk aset tetap yang berhubungan langsung dengan aktivitas produksi depresiasinya dimasukkan ke dalam perhitungan biaya produksi.

Pada umumnya depresiasi hanya dihitung pada akhir periode akuntansi. Tetapi dalam hal tertentu depresiasi juga perlu dihitung walapun bukan pada akhir periode. Contohnya adalah ketika terjadi transaksi yang berhubungan dengan pelepasan aset tetap. Pelepasan aset tetap tersebut misalnya dilakukan berhubungan dengan penjualan aset tetap, pertukaran aset, ataupun penghapusan aset yang tidak digunakan lagi.

Depresiasi yang dihitung oleh perusahaan pada tiap periode akan diakumulasikan (dikumpulkan) dalam akun khusus yang disebut dengan akumulasi depresiasi. Jadi akumulasi depresiasi dapat dikatakan sebagai bagian dari nilai aset tetap yang sudah memberikan aliran manfaat ekonomis dan tidak lagi bisa memberikan tambahan aliran manfaat ekonomis.

Beban depresiasi tersebut akan dilaporkan sebagai beban operasi dalam laporan laba rugi. Akumulasi depresiasi akan dilaporkan di dalam neraca, sebagai pengurang nilai perolehan aset tetap. Nilai perolehan aset tetap dikurangi dengan akumulasi depresiasinya merupakan nilai buku dari aset tetap tersebut.

Berikut adalah neraca parsial yang menggambarkan pelaporan aset tetap dengan model biaya historis:

PT XYZ

Neraca

Per 31 Desember 20XX

Aset

Aset Lancar

Aset Tetap                                                       xxxx

Akumulasi Penyusutan Aset Tetap                  xxxx

Nilai buku aset tetap                                          xxxx

Nilai buku aset tetap tersebut menunjukkan jumlah nilai aset tetap yang belum didepresiasikan dan nilai sisanya. Nilai tersebut akan didepresiasikan sampai akhir masa manfaatnya sampai akhirnya akan didapatkan nilai sias dari aset tersebut.

Perhitungan depresiasi yang berhubungan dengan beban operasi perusahaan membuat perlakuan terhadap depresiasi berimplikasi langsung dalam perhitungan laba atau rugi perusahaan. Karena berhubungan dengan penentuan laba atau rugi, berarti dapat disimpulkan bahwa perlakuan depresiasi juga perhitungan pajak yang harus dibayar oleh perusahaan.

Dalam kaitannya dengan perhitungan pajak tidak ada masalah dalam perhitungan depresiasi jika perlakuan menurut akuntansi sama dengan perlakuan yang dibolehkan menurut peraturan pajak. Yang akan timbul masalah adalah ketika terdapat perbedaan perlakuan, antara akuntansi dengan perlakuan menurut peraturan pajak. Masalah yang timbul karena perbedaan pengaturan tersebut kemudian akan diselesaikan dengan melakukan rekonsiliasi fiskal.

Ketika berbicara mengenai akuntansi aset tetap dengan biaya historis dan peraturan pajak penghasilan, terdapat beberapa perbedaan yang dapat mendorong perlunya dilakukan rekonsiliasi fiskal. Perbedaan tersebut antara lain ada dalam pengaturan tentang masa manfaat dan nilai sisa aset tetap, serta pemilihan metode depresiasi.

Menurut akuntansi penentuan mengenai masa manfaat dan nilai sisa aset tetap serta pemilihan metode depresiasi bersifat arbitrer. Yang berarti selama diperbolehkan menurut standar perusahaan bebas menentukan masa manfaat dan nilai sisa aset tetap sepanjang batas kewajaran. Sedangkan untuk metode depresiasi perusahaan bebas memilih metode depresiasi yang diperkenankan standar akuntansi selama dilakukan secara konsisten. Perubahan atas penentuan masa manfaat dan nilai sisa aset tetap serta perubahan pemilihan metode depresiasi memerlukan perlakuan akuntansi tersendiri.

Sedangkan menurut peraturan pajak, yaitu Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan terdapat aturan tersendiri mengenai penentuan masa manfaat dan nilai sisa aset tetap serta pemilihan metode depresiasi. Dalam peraturan pajak telah ditentukan secara spesifik mengenai penggolongan aset tetap dan masa manfaat atas penggunaan aset tetap tersebut. Untuk nilai sisa, di dalam Undang-undang Pajak Penghasilan disebutkan bahwa tidak ada nilai sisa dalam perhitungan depresiasi menurut peraturan pajak. Untuk metode depresiasi yang diperkenankan dalam peraturan pajak hanya metode depresiasi garis lurus (straight line) dan saldo menurun (declining balance).

Perbedaan Perlakuan Untuk Penyusutan Aset Tetap Menurut Akuntansi dan Pajak

Standar Akuntansi Peraturan Pajak
Masa Manfaat Arbitrer selama dalam batas kewajaran Terdapat peraturan khusus mengenai nilai sisa dengan menentukan kategori aset tetap
Nilai Sisa Arbitrer selama dalam batas kewajaran Tidak mengenal adanya nilai sisa
Metode Depresiasi Arbitrer selama diperbolehkan dalam standar akuntansi Hanya memperbolehkan dua metode depresiasi, yaitu metode garis lurus dan saldo menurun

Melihat adanya perbedaan tersebut sangat mungkin adanya perbedaan perhitungan depresiasi antara akuntansi dan pajak. Rekonsiliasi fiskal akan menyesuaikan perbedaan perhitungan pajak yang disebabkan adanya perbedaan dalam perhitungan depresiasi tiap periode. Dari rekonsiliasi fiskal tersebut dapat diketahui apakah perusahaan menghitung pajaknya terlalu besar atau terlalu kecil. Atau dalam bahasa pajak akan diketahui apakah perusahaan mengalami lebih bayar ataukah kurang bayar.

Didalam akuntansi sendiri rekonsiliasi fiskal akan dapat menimbulkan adanya pajak tangguhan (deferred taxes). Terdapat dua macam deferred taxes, yaitu deferred tax assets dan deferred tax liabilities.

  • Deferred tax assets yaitu kelebihan pembayaran pajak. Deferred tax assets dalam konteks penyusutan aset tetap terjadi ketika perhitungan penyusutan menurut standar akuntansi lebih kecil dibandingkan perhitungan penyusutan menurut peraturan pajak.
  • Deferred tax liabilities yaitu kekurangan pembayaran pajak. Deferred tax liabilities terjadi ketika perhitungan penyusutan menurut standar akuntansi lebih besar dibandingkan perhitungan penyusutan menurut peraturan pajak.

Deferred tax assets dan deferred tax liabilities akan disajikan di dalam neraca sebagai bagian dari aset lancar dan kewajiban lancar.

(sumber : Standar Akuntansi Keuangan, IAI)